Sebut saja nama nya fika. Fika Andaresta. Sekarang umur fika genap berusia 16 tahun memasuki masa remaja. Ia baru saja duduk di kelas 1 SMA 70 Jakarta. Fika orang yang tak banyak bicara ( Pendiam ) di lingkungan luar maupun lingkungan bersama keluarga nya. Ia memiliki paras yang cantik dengan wajah oriental. Fika cukup tinggi. 168 cm. Kulitnya terlihat putih sekali ketika terkena terik matahari. Ia selalu mengenakkan krudung untuk menutupi aurat ketika berada di luar. Fika sudah berhijab sejak kelas 1 SMP. Sebenarnya, tidak ada tuntutan kepada kedua orang tua fika bahwa ia harus memakai hijab. Tapi, Karena fika seorang muslimah yang taat agama sejak kecil, maka ia tahu tentang makna berhijab. Fika sangat gemar sekali membaca buku-buku tentang agama, pengetahuan dan novel. Ia sering sekali mampir ke toko buku untuk mencari buku-buku terbaru. Fika tak pernah ketinggalan selalu update melewati telephone genggam nya. Atau, melalui searching internet. Kalau sudah di toko buku, fika bisa menghabiskan waktu hingga 1 sampai 2 jam. Waktu yang cukup lama. Pagi di hari senin awal fika untuk masuk kesekolah. Pukul 05.00 pagi fika sudah membuka-kan mata nya lebar-lebar. Terdengar suara hentakan kaki menghampiri kamar fika saat ia sedang merapihkan tempat tidur nya. "Treeekk.. Pintu kamar fika terbuka", "Rajin banget anak mama" Ternyata mama nya fika. "Mama, ngagetin fika aja." dengan suara kecil nya. "Yasudah, mama siapkan sarapan buat kamu ya. Oh iya, kamu jangan lupa sholat yaa ka", "Iya mama..", mama fika meninggalkan kamar. Sementara ia bergegas untuk ibadah sholat shubuh dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Sesampai di sekolah, sambil membawa 2 buku di tangan kiri. Wajah fika seperti biasa. Pemalu. Ia memang mempunyai malu yang luar biasa dengan orang lain yang berada di luar. Terkecuali keluarga fika. Setelah masuk ke kelas yang berada di lantai 2, teman fika dari jauh memanggil "Fikaaaaa..." , fika pun menoleh perlahan melihat siapa yang memanggil. Setelah tau dari kejauhan, ternyata itu kedua sahabat fika: Resti dan Anggi. Resti dan anggi adalah teman pertama fika saat pertama masuk sekolah. Resti tidak memaki krudung, kulit nya putih langsat dan, rambut nya dengan ciri khas berponi. Sementara anggi memiliki rambut panjang ikal dan kulitnya sedikit hitam karna sering main keluar di waktu siang. "Hey fik, apa kabar" resti yang sambil membawa minum, sementara anggi memakai headshet. "Aku baik, gimana dengan kamu berdua?" , "Kita baik fik... Hehehe" , mereka berdua menjawab berbarengan. Fika tersenyum tapi tak tertawa. Resti dan anggi sangat berbeda jauh sekali sifat nya dengan fika. Kalau fika pendiam, tapi kalau kedua sahabat nya cerewet sekali. Bel berbunyi tanda masuk kelas "kriiiiingggg" semua murid masuk ke kelas masing-masing. Begitupun fika, resti dan anggi yang satu kelas. Pelajaran pertama mereka adalah bahasa inggris. Dalam satu kelas fika berjumlah 36 orang, dan dalam pembelajaran bahasa inggris guru pun meminta untuk maju kedepan kelas. Memperkenalkan diri menggunakan berbahasa inggirs. Fika pun seperti biasa. Takut di tertawai. Ia sudah langganan teman-teman nya di tertawai ketika maju di depan kelas. Setelah berurutan, nama fika pun di panggil "fika andaresta" ia pun mau tak mau maju kedepan kelas. Resti yang satu bangku dengan fika menyemangati supaya ia percaya diri. "Ayoo fik. Jangan malu...." dengan tersenyum. Fika pun berjalan pelan menuju depan kelas. Seseorang teman cowok di ujung kelas mengatakan "woy... lama banget jalan aja. Gugup lu fik???" semua pun tertawa. "Hahahahahaha", "eh jangan gitu lu ian, kasihan dia!!! ", anggi mengatakan kepada sih cowok itu yang bernama adrian. "Sudah... Sudah..." guru pun menenangkan seluruh murid nya. "Ayo fika silahkan...", fika berbuka mulut dengan kaku. "Mmm...yy... Naaam..eee... Is...." , "ganggu lu fik, Bukan sekolah SLB nih", beberapa orang mengatakan. Semua kembali tertawa. "Hahahahaha", "hey.... Sudah". Fika diam dan menangis nunduk. Akhirnya guru bahasa inggris pun menenangkan dan membawa fika keluar kelas. Resti dan anggi menenangkan nya juga. "Kelewatan lo semua!!!", resti emosi kepada teman-teman nya sambil berjalan keluar dengan muka emosi. Sementara anggi pun sama.
Fika di bawakan ke ruang kantin mengobrol-ngobrol supaya berhenti menangis. "Sudah fik, ada kita kok" , "Aku bingung. Kenapa aku di takdirkan menjadi seorang yang pemalu", fika sambil menangis tersendu-sendu. "Kamu bisa fik berubah agar jadi orang yang tidak pemalu. Kita bisa bantu kamu", anggi menyemangati supaya. "Tapi bagaimana cara nya? Aku gak tau.." , "tenang fik, serahin ke kita", Resti menjawab. Mereka lalu kembali ke kelas. Sesampai di kelas. Suasana ruangan itu tetap ramai karna guru bahasa inggris telah usai pelajaran nya. Tapi, fika tetap tetap sunyi. Pukul 12.00 siang, bel berbunyi tanda pulang. Semua murid-murid berhamburan keluar kelas dan segera pulang. Fika sudah di jemput oleh supir nya di depan gerbang. Ia menyempatkan berpamitan dengan kedua teman nya itu. "Aku pulang dulu yaa" , "iya fik. Hati-hati ya kamu di jalan", Resti sambil bersalaman dengan fika. Sementara anggi juga demikian. Sampai dirumah, fika langsung bercerita dengan mama nya. Wajah ia lesu dan mata nya sembab karna sehabis nangis tadi di sekolah. "Sudah pulang nak???" "kok kamu kaya abis nangis???", "kamu kenapa??", aku tadi di ledeki sama teman-teman mah sewaktu pelajaran bahasa inggris. "Kok bisa?? Siapa yang meledeki kamu???" mama fika masih bingung dengan fika. Karna, ia terbata-bata saat berbicara. "Yasudah kamu istirahat di kamar trus jangan lupa makan dulu" mama fika menasihati nya supaya ia tenang. "Iya mah" fika jalan menuju kamar dengan lemas. Setelah sore hari ayah fika pulang dari tempat kerja nya, ayah fika seorang pekerja arsitek di sebuah kantor jakarta. Tentu saja, ia beserta keluarga nya orang yang bisa di katakan kaya. Namun kedermawaan nya orang-orang sekitar senang sekali dengan keluarga fika. Selalu memberi jika ada sumbangan masjid, ataupun hal-hal sumbangan lainnya. Ayah fika pada malam hari sedang menonton tv, kemudian istri ( mama fika ) bercerita kalau anak nya sehabis pulang sekolah menangis. Ayah fika terkejut kaget dan langsung menghampiri kamar fika yang ada di lantai 2. Pada waktu fika sedang mengerjakan tugas sekolah di kamar nya. "Tok..Tok...Tok... fika sedang apa kamu??" ayah nya mengetuk pintu kamar fika. Lalu, ia membuka pintu dan berkata: "eh pah, aku lg kerjaiin pr pah.." , "sini nak papah mau cerita sama kamu", lalu fika turun ke ruang televisi yang biasa untuk mengobrol-ngobrol bersama ayah dan mama nya. Karna cuma ber-tiga dan dua pembantu. Hal hasil rumah fika begitu sepi sekali. "Kamu kenapa nak, kata mamah mu, tadi sehabis pulang sekolah nangis??? Kenapa nak???" , ayah nya sambil memegang kepala fika. "iya pah, aku tadi di ledekin karna aku malu-malu kedepan kelas", "nak, kamu sudah besar. Sudah sma, buang sifat malu kamu", "iya pah, tapi susah." , "kamu bisa nak" ibu fika menjawab, sementara ayah fika berdiri dari tempat duduk nya dan mengajak fika untuk mencari kaca besar yang ada di ruang tamu. "Sini nak, ikut ayah", fika mengikuti. Ini ada kaca besar, kamu pasti sering mengaca kan kalau ingin sekolah???, kamu ibartkan saja bayangan kamu di cermin itu adalah teman mu, kamu harus pede dengan bayangan itu. Dan, jangan merasa malu-malu. Lalu fika menganggukan kepala nya. Karna sudah malam, ayah fika menyuruh untuk tidur. Karna esok kembali ke sekolah. Pagi-pagi fika sudah terbangun seperti biasa, lalu ia langsung mengaca dan mencoba. Ia masih gugup, namun ia terus mencoba. Setelah 15 menit melakukan seperti itu, fika kemudian bersiap-siap. Lalu, berangkat ke sekolah di antar supir nya. Sesampai di sekolah ia terlihat agak pede. Tidak menundukan kepala nya lagi. Tapi masih tetap malu. Ini efek dari nasihat ayah nya fika. Bel berbunyi, fika masuk kelas. Ia tak melihat kedua teman nya. Mungkin telat, fika menjawab dalam hati. 15 menit kemudian benar, resti dan anggi terlambat. Ia masuk kelas, tapi, sebelum mereka duduk, ia di setrap tangan kanan dan tangan kiri di arahkan kedua kuping nya, dan berkata "saya tidak akan telat lagi". Semua teman menertawai, kecuali fika. Resti dan anggi cuek saja meskipun di tertawai. Akhirnya setelah selesai mereka pun berdua duduk. Dan kembali belajar normal.
Setelah belajar kurang dari 5 jam, mereka di pulangkan lebih awal. Karna guru-guru sedang rapat. Semua siswa teriak-teriak seperti ada kebakaran. Tapi bukan panik, melainkan senang. Fika memutuskan untuk mengajak resti dan anggi bermain ke rumah nya. "Res,nggi main ke rumahku yuk", fika bertanya. "Ayo fik, kita udah lama gak main ke rumah kamu lagi", jawab anggi, "sekalian makan ya fik.. Hehehe" jawab resti. "Gampang kok itu". Mereka bertiga menunggu di depan gerbang sekolah, untuk menunggu jemputan fika. Lalu, mobil jemput fika pun datang. Ia bertiga masuk ke mobil untuk menuju rumah fika. Sesampai di sana yang tak kurang dari sejam perjalanan, mereka pun beristirahat di ruang tamu. Karna, mamah dan ayah nya fika sedang di luar. Yang ada hanya pembantu nya. "Kamu mau minum apa nggi, res???" fika menawarkan minum untuk anggi dan resti. "Apa saja fik kita mah" jawab mereka berdua. Setelah istirahat sambil minum es jeruk di ruang tamu, fika mengajak untuk ke ruang kamar nya. Bercerita-cerita disana. "Fik gimana kamu masih malu-malu???" resti bertanya. "Aku sudah tidak terlalu malu, karna ayahku menyuruh aku untuk mengaca sambil berbicara. Jawab fika. "Wah benar tuh, memang harus seperti itu" jawab anggi. Lalu resti menambahkan saran untuk fika agar benar-benar tidak malu. "Kamu harus sering berinteraksi dengan orang sekitar fik, tapi yang terlihat baik" itu saranku. Kalau tambahan saranku, "kamu anggap saja semua ayah dan ibu kamu, anggap mereka seperti itu. Pasti kamu tidak akan malu lagi. "Jawab anggi." , waktu sudah hampir jam 5, mereka berdua pulang di antar supir rumah fika. Karna rumah resti dan anggi cukup jauh. "Pamit dulu ya fik, inget saranku ya" jawab resti. "aku juga pulang yaa fik, semangaat gak malu-malu lagi" jawab anggi. "Iya makasih yaa kalian hati-hati di jalan. Masukan kalian selalu aku pelajarin". Di saat itu fika terus mempelajari masukan-masukan dari orang tua dan kedua teman nya. Setelah berhari-hari, berbulan-bulan, dan sudah hampir 2 tahun lama nya ia mempelajari dan membiasakan diri untuk menjadi lebih pede, tidak malu. Tak di sangka-sangka, hasil selama ini tidak sia-sia. ketika fika sudah memasuki kelas 3 sma, 18 tahun umur nya, ia sudah tidak malu-malu lagi. Kini suara fika juga tidak pelan lagi, sudah terdengar jelas. Karna itu, ia mengikuti lomba baca puisi pada waktu duduk di kelas 2. Bahkan menjuarai tingkat sma se-jabodetabek. Semua terkagum-kagum. Terutama kedua orang tua fika, kedua sahabat fika dan lingkungan teman-teman fika. Kini ia menjadi perempuan yang lebih pede dengan orang-orang sekitarnya. Ia juga intelektual. Itu semua berkat kedua orang tua dan kedua sahabat nya: resti dan anggi yang selalu mensupport fika sampai ia menjadi gadis yang tidak pemalu lagi. Itu semua berlanjut ketika fika masuk ke jenjang Universitas Negri Jakarta.
#ReA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar